Terinspirasinya tulisan ini dari berita bahagia
seorang teman yang akan menikah. Tiba-tiba airmataku tak kuasa kutahan,
teringat akan waktu dan lajunya yang tak tampak.
Rasanya baru kemarin aku
berbahagia karena lulus SMA, nyatanya kemarinlah aku menghadiri perisahan
sebuah sekolah, namun bukan sebagai siswa, sebagai guru. Tak terasa bagiku,
anak didik yang bersamaku ketika aku melaksanakan praktek mangajar telah menamatkan
pendidikan wajib akhir mereka. Masih segar dibenakku betapa canggungnya pertama
kali kutemui mereka di kelas dengan segala keluguan dan kecentilan khas siswa
tahun pertama SMA. Dan kini mereka memelukku sambil tersedu, berkata terima kasih
untuk segala kenangan indah, berbalas sendu akuberkata aku pun berterima kasih
untuk segala pelajaran dan memori yang mereka bagikan cuma-cuma untukku.

Namun kini tahu-tahu kami
sudah menyelesaikan masa studi kami. Berbeda nasib pun kami jalani. Rasanya
hampir tak percaya teman yang dulu bersama kini telah dipinang orang. Rasanya hampir
tak percaya waktu dan nasib telah memisahkan kegiatan kami yang biasa kami
habiskan bersama.
Bukan aku tak bahagia, karena
sejatinya bukan cuma bahagia namun syukur yang tak berbatas yang kurasa. Namun
sering terbesit dalam benak, betapa cepatnya sang waktu berlalu. Dia bergulir
dengan hanya sedikit tanda. Kesuksesan, pernikahan, kelahiran, dan kematian. Sementara
masih sangat banyak angan yang belum tercapai, cita-cita yang masih harus
diraih, asa yang masih menggantung. Akankah cukup masaku dan masa kami?
Dalam hatiku berdoa, Ya Rabbi….
Genggamlah mimpi kami bersama-Mu. Mudahkanlah jalan kami, berkahi kami dengan
kasih dan sayangmu wahai Engkau Pemilik Segalanya.
Banda Aceh, 30 Mei 2014
RnJ
Image by: http://www.linkedin.com/